Kamis, 10 Desember 2009

Apa kata Plato, Aristoteles, Descartes, Ludwig Feurbach tentang Jiwa




Dalam filsafat modern ada berapa pertanyaan yang belum terjawab, yaitu:
1. Apakah jiwa itu benar-benar berada dalam badan?
2. Dapatkah jiwa itu kita anggap mempunyai tempat tertentu , suatu ruang yang terbatas, sehingga dapat diambil pengertian keluarnya jiwa dari badan pada suatu kematian seseorang?
3. Sampai dimana jiwa itu terikat kepada batas-batas badaniah?
4. Kalau kita mengatakan jiwa ada di dalam badan, apa artinya berada didalam ini, jika jiwa itu dapat dibayangkan sebagai sesuatu yang mengambil seperti badan kita ini?

Untuk menjawab pertanyaan diatas coba kita cermati fikiran-fikiran beliau filosof terkenal sebagai berikut:

1. PLATO
Plato menggambarkan suatu garis pemisah yang tajam antara jiwa dan badan (psyche dan soma). Dia berpendapat bahwa badan itu lebih rendah daripada jiwa. Hisup ideal bagi Plato ialah, apabila orang "berdiri di luar dunia", untuk mencapai kemurnian hidup kejiwaan. Plato hendak menyakinkan orang untuk secara praktis dan teoritis, mengakui keagingan jiwa terhadap badan.

Plato berpendapat :
a. bahwa jiwa itu sudah ada 'dialam atas' sebelum masuk kedalam badan. Jiwa itu terjatuh ke dalam hidup duniawi, lau terikat kepada badan dan lahirlah manusia fana.
b. bahwa dalam kerukunannya, jiwa dan badan itu tidak berdiri berdampingan yang setingkat, jiwa itu adalah suatu keadaan dalam bergerak, dan termasuk dalam suatu orientasi dan karena itu dia mempunyai taraf realitas yang lain sejenis.
c. bahwa jiwa itu tawanan; dia terkurung demi hawa nafsu, dan dia menetap keluar melalui kisi-kisi (rintangan-rintangan) kurungannya. Pembebasan dapat dilakukan dengan menjauhkan diri dari kegiatan inderawi dari badan, dan mencari kebenaran tidak melalui penyerapan. Pokoknya jiwa dalam kemurniannya harus lepas daripada segala kontaminasi (penularan/pembusukan) badan. Dengan demikian, kematian itu dapat dianggap suatu pelarian yang menggembirakan dari dalam badan.
d. bahwa badan itu terhadp jiwa merupakan rintangan dan kontaminasi, Manusia harus membersihkan dirinya dengan meloloskan diri dari badan. Juga penyerapan inderawiayah berarti suatu rintangan bagi jiwa dan menghambat jiwa daripada kebenaran.
e. bahwa hakikat benda-benda itu baru dapat kita tangkap, jika pemikiran itu bekerja dengan berdiri sendiri, tanpa campur tangan yang berasal dari badan. Untuk itu, harus kita tanggalkan dari benda itu, segala sesuatu yang berasal dari penglihatan, pendengaran dan seterusnya.
f. bahwa terletaknya destinasi jiwa (penempatan yang semestinya) dalam dunia yang lain tampil ke muka dalam keabadian jiwa. Jiwa adalah lebihasli dari kenyataan duniawi dan mempunyai pertalian dengan dunia ideal yang abadi. Dunia yang inderawi ini adalh bayangan dari dunia ide itu.
g. bahwa tugas filasafat adalh melatih diri dalam menaggalkan hubungan yang mengikat jiwa, mwngadakan persiapan untuk mati.

Dari ulasan Plato ini dibagian lain filsafatnya bahwa ajaran Plato ini menunjukan keragu-raguan yang tak pernah diselesaikan dengan lengkap. Dualisme Plato ini bersifat ethie religius, dan filsafat ini termasuk ke dalam faham 'psychis-monois' Plato adalah murid setia Socrates

2. ARISTOTELES
Aristo adalh murid Plato dikenal sebagi bapak Logika, dia tertarik pada biologi dan dia lebih terpesona oleh jalinan yang psychis dan yang badaniayah yang terdapat pada setiap makhluk hidup secara tak terpisahkan. Aristoteles berpendapat:
a. bahwa jiwa itu adalah entelechi, realisasi dari badan, sekalupun dia sendiri bukan badan itu, dia berada dalam suatu badan tertentu.
b. bahwa jiwa itu bukan dari luar masuk kedalam badan tetapi terjadi didalam sel telur itu sendiri. Karena jiwa itu tak dapat berada tanpa badan, sama seperti kita tak dapat membayangkan orang dapat mengayunkan langkah tanpa kaki.
c. bahwa jiwa itu bukan suatu kesatuan meta fisis yang terpendam, melainkan dia manifes secara dapat dilihat mata dan dapt dipegang tangan dalam manusia badaniyah yang kongkrit. Jadi jiwa itu menunjuk kepada badan, dan badan menunjuk kepada jiwa.
d. bahwa badan orang mati tidak dapat mendakan dirinya sebgai badan dan tidak dapat mewujudkan dirinya lagi sebgai badan. Badan tanpa jiwa tidak dapat disebuat sebgai badan melainkan patung atau bangkai.
e. bahwa badan itu baru dapat dikenal sebagi badan dan bukan sebagi suatu susunan materi, jika dia dilihat dari sudut ketertujuan jiwa.

Pandangan Aristo ini sudah mendekati suatu kenyataan bahwa susunan insan itu adalah satu bulat. Tangan itu, demikian aristo mengatakan jika dilihat dari jiwa baru sungguh sungguh tangan, yang sesungguhnya menjadi gambaran daripada jiwa. Jiwa memperlakukan bentuk-bentuk dari hal-hal yang ditujunya dan lalu dilaksanakan oleh tangan. Jadi nyatalah bahwa pemikiran Aristo ini, kesatuan manusia dipertahankan istimewa teguh, sehingga banyak kesulitan-kesulitan dapat diatasi. arti pemikiran Aristo ini sangat besar bagi tiap renungan mengenai badan dan jiwa yang dengan itu aristo telah berhasil memecahkan banyak persoalan.

3.DESCARTES
Descartes disebut pelopor yang terpenting dualisme jiwa dan raga, beliau mengulas:
a. bahwa jiwa dan badan itu bertentangan sebagai batiniyah terhadap yang bendawi.
b. bahwa jiwa itu adalah subtansi yang berfikir, dan badan adalah subtansi yang berkeluasaan. Tuhan menghubungkan jiwa kepada mekanisme badan.
c. bahwa hubungan jiwa dan badan itu bukanlah sesuatu yang ditambahkan, melainkan sesuatu yang hakiki, tanpa mana insan itu bukan insan lagi.
d. bahwa jiwa dan badan itu merupakan subtansi-subtansi yang tersendiri dan lengkap dalam arti ini, tetapi ditilik dari perhubungan mereka dengan seluruh insan, mereka merupakan subtansi-subtansi yang tidak lengkap, Jiwa itu mempunyai tabi'at yang lain daripada badan.
e. bahwa pertalian jiwa dan badan ini tidak boleh dipergunakan untuk memperoleh pengetahuan yang sebenarnya, karena ini khusus bagian ruh.
f. bahwa kepalsuan indera-indera hanya dapat diatasi demi ruh.
Dari ulasannya yng serba relatif ini akhirnya Descartes mengajarkan sesuatu bahwa pengalaman sehari-hari sudah cukup meyakinkan kita tentang pertalian jiwa dan badan. Gambaran jiwa dan badan dari descartes ini ditafsiri orang sebagai hantu dalam mesin.

4. LUDWIG FEURBACH
Dia mengajarkan bahwa dibalik manusia itu tidak ada makhluk lain yang misterius disebut jiwa sama seperti tidak ada Tuhan di balik alam. Dia berujar

a. bahwa pada hakikatnya teologi itu adalah antropologi karena gagasan Ketuhannya itu adalah proyeksi dari kemanusiaan.
b. bahwa sesuatu itu disebut nyata, jika sesuatu itu dapat dihubungkan dengan panca indera.
c. bahwa orang tidak mungkin memikirkan suatu hubungan antara jiwa dan badan. Tanpa indera, tidak ada perhubungan . Arti badaniayah harus dijadikan sentral. Badan itu adalah jiwa itu sendiri. Badanpun bukan suatu susunan bahian materi-materi, mlainkan dialah manusia, manusia inderawiyah dan konkrit, manusia yang mendapat wujudnya dalam hubungan dengan sesamanya manusia.
d. bahwa yang disebut jiwa dalam hubungannya ini hanyalah merupakan tambahan, suatu semu yang subyektif yang timbul dalam pengalaman secara pribadi dari hidup sendiri.
e. bahwa jiwa itu sendiri adlah suatu abstraksi. hanya dengan badan dia merupakan sesuatu dalam dirinya dia tidak ada.

Dalam faham ini Feurbach menganut paham materialisme dengan bertitik tolak dalam pandangannya terhadp manusia, yang ditinjau khusus dalam aspeknya sebagai benda, materi. Filsafat ini dianut oleh Karl Max dan Friedricch Engels yang lalu membentuk materiliasme dialtis, yaitu filsafat faham komunis sebagai mana kita kenal.

( dikutif dari buku Membangun Insan Seutuhnya karangan S. Qamarulhadi 1981)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar